Monday, 7 December 2009

Journey for A Better Life

Tinggal di Singapura selama 6 hari sebenarnya merupakan sebuah perjalanan bagi saya untuk menempuh hidup yang lebih baik. Di sana ada Wina, teman baikku dari SMA yang di tengah perjalanan pertemanan kami itu kami pernah saling merasakan cinta, memadu kasih dan mengungkapkannya dalam bentuk kemesraan. Kini, urusan mesra-mesraan telah berlalu, kembali lagi menjadi teman baik saja.

Kehidupan Wina baik, seperti di buku cerita. Ibu rumah tangga dengan suami ke kantor dan 2 anak yang aktif bersekolah. Dia memasak, mencuci, beres2, antar jemput anak sekolah, menampung cerita anak perempuan yang cerewet, mengomeli dan diomeli anak laki2 remaja yang sedang jutek2nya. Hidup sehat jasmani, rohani, tanpa asap rokok, minuman alkohol dan tanpa kata kasar. Di sinilah pelajaran bagi saya untuk menjalani hidup yang lebih baik. Sejak beberapa waktu sebelum berangkat ke Singapura, saya berhenti merokok. Sebenarnya memang dari dulu saya sudah ingin berhenti, tapi tak kunjung kejadian. Rencana menginap di rumah tanpa rokok inilah yang membuat saya benar-benar stop.

Berada di dalam keluarga yang menjalin hubungan kekeluargaan secara harmonis, itu juga yang saya pelajari. Habis ini, saya akan berkeluarga..... waaah ahhh huh hah.... enggak lah, nggak semuluk itu, tapi paling enggak saya mau merapatkan hubungan saya dan keluarga yang sudah ada, misalnya saya mau lebih banyak ngobrol sama ibu saya, lebih sering nongkrong di rumah kakak-kakak saya dan main dan ketawa-ketawa dengan keponakan2 saya yang kocak2 itu.

Lalu karena tinggal di rumah Wina saya jadi punya keinginan untuk merapikan hidup saya. Rumah yang bersih, rutinitas yang tertata, bicara sopan dan banyak baca buku.... hehehe apa hubungannya ya? Ya itu tadi, hidup yang harmonis seperti di buku-buku.....
This is really a journey for a better life.

Wednesday, 18 November 2009

Aku dan Eka

Di suatu malam minggu yang garing, saya menghabiskannya bersama teman lama, sebut saja namanya Eka. Dia teman dari SMP, namun terpisah lama, dan ketemu lagi ketika kami sudah memasuki dunia kerja. Kala itu dialah teman pertama untuk berbagi cerita tentang orientasi seksual saya. Eka punya orientasi sama, kami sama-sama perempuan yang selalu jatuh cinta sama perempuan. Kuakui saja, Eka membuka jalan bagi saya untuk coming out, yang membuat saya akhirnya mengakui kecenderungan saya ini dan membiarkan perasaan-perasaan tertentu saya terhadap perempuan lain saya kembangkan di dalam jiwa.

Malam itu kami jalan-jalan tak tentu arah. Awalnya mau ikut jualan barang di sebuah bazar, tapi gagal karena stand sudah terisi penuh, mau nebeng stand lain pun tidak memungkinkan. Jadilah kami berdua-duaan cari makan. Lalu terdampar kami di sebuah warung dan makan dengan nikmat di sana. Namun, cuaca tidak mendukung, tau-tau angin bertiup kencang, gemuruh geluduk di langit terdengar nyaring, hawa dingin pun menyerang, diiringi warna langit yang gelap (nggak kliatan sih, kan udah malam hahaha), pokoknya gambaran mau hujan deras deh. Cepat-cepat kami selesaikan makan malam itu dan membayarnya ke abang yang jualan. lalu kami pindah ke tempat nongkrong yang lebih elite, La Codefin di Kemang.

Menurut pengamatan saya, di tempat ini banyak berkumpul kaum muda dari berbagai kelompok, tapi kelompok lesbian menempati posisi di spot-spot yang jumlahnya cukup banyak. Sok tau sih, tapi kayaknya insting saya benar.

Jadi sambil duduk di sebuah kafe, menikmati dessert (kan tadi udah makan di warung), kami mengamati anak-anak muda di kafe itu, atau di kafe sebelah, atau yang bergerombol di railing, dan lain-lain. Dikit-dikit saya colek si Eka, atau sebaliknya...."Ada butchy tuh," gitu kalimatnya. Label yang menyolok kan butch jadi memang itu yang bisa bikin kami saling mencolek...hahaha...

Lalu kami mengenang masa lalu kami, yaaa elah. Teringat waktu smp, kami cuma saling melirik dan mbatin...kayaknya orientasi dia sama dengan saya deh, gitu. Lalu kami terpisah lama. Saya berjuang sendirian, tanpa tahu benarkah orientasi saya ke situ, tanpa tahu mau berbuat apa ketika rasa ser2an pada perempuan datang. Waktu itu sedih-sedih sendiri kalau jealous, kalau tidak bisa mendapatkan cinta dari siapa-siapa....waaah bodohnya...

Waktu berjalan, dan kami bertemu lagi. Eka dalam keadaan sudah "matang" sementara saya, mulai aja belum. hahaha. Kalau tadinya saya sendirian merenungi jebakan orientasi seksual ini, kini kami berdua. Tapi ya cuma berdua. Saling cerita, saling curhat, saling menemani kalau perlu ngaco-ngaco sedikit ketika cinta tak datang untuk kami. Lama-lama, teman sepenanggungan berdatangan. Datangnya dari pasangan Eka yang sudah "matang sekali" huahahaha.... dan jadilah kami sebuah komunitas besar. Di sini seolah dunia milik kami sendiri, kami seolah membentuk keluarga baru dengan hubungan keeratan yang aneh. Dan saya mulai laku, hehehe, dapat pasangan, lalu putus, lalu dapet lagi, putus lagi...begitu seterusnya.

Sepertinya tidak ada yang abadi. Satu-satunya yang abadi ya hubungan saya dan Eka. Kadang kami bersama berdua, atau berempat dengan pasangan kami masing-masing, tapi seringnya sih bertiga, Eka dengan pasangannya dan saya jadi obat nyamuk. hehe. Tak jarang pula kami beramai-ramai dengan teman-teman SMP lain yang straight, yang sudah mengerti dan menerima Eka dan aku apa adanya. Eka dan segala tentengannya serta saya dan segala tentengan saya adalah sebuah paket. Kapan pun tak akan terpisahkan.

Malam kian larut, Eka ngedrop saya pulang, dan dia berlalu. Ucapan sebelum pisah, "Enak ya Yas, berdua lagi like the old days. Kapan-kapan lagi ya?" Hmmmm.... enak ternyata nggak musti sama pasangan ya, sama sahabat pun luarbiasa nikmatnya.

Monday, 16 November 2009

Form Cuti dan Tandatangan Bos

Cihuiiii.... waktunya sebentar lagi.... saya akan datang menemui Winaku eh menemui Wina, tanpa ku. hahaha...
"Nanti kamu jangan bawa barang banyak-banyak ya? Pake sepatu keds aja ya, nggak usah bawa sepatu lain, sandal dan lain-lain," kata Wina.
"Jangan lupa bawa baju renang, nanti kita akan banyak olah raga," katanya lagi.
"Nanti di sini nggak ada ngerokok sama sekali ya," tuh salah satu pesannya yang aneh.

Wadoooh pesannya banyak sekali... tapi semua demi kesehatan raga: sepatu keds, baju renang, dan nggak ngerokok. Untung saya udah nggak ngerokok, untung juga saya penggemar sepatu keds, dan renang, waaah asik itu yang saya suka. Jadi, amaaaan...

Buntut dari saya nggak boleh bawa barang banyak ternyata, dia nitip sesuatu untuk saya bawa dari Jakarta..... halaaaah...ternyata ada u di balik b.... nggak apa-apa sih.

Bagi saya, apa sih yang enggak buat Wina? Karena saya tau, bagi Wina saya juga prioritas, ditempatkan di nomor awal, bukan yang pertama sih. Karena ada sosok-sosok tertentu yang dinomori satu, dua dan tiga dst, mungkin sampai 10, abis itu baru saya....hehehe

Apa-apa yang berhubungan dengan Wina, pasti membuat hatiku berbunga-bunga. Keinginan mendatangi Wina sudah lama saya rasakan, tapi tak kunjung kesampaian. Kini kesempatan itu datang, dan tak saya sia-siakan, sebentar lagi I will come to Wina. Jangan salah, Wina juga mengidam-idamkan saya kunjungi, sudah pasti tuh...

Beberapa waktu lalu, saya di sini dan Wina di sana, kami chat di komputer kami masing-masing. Tau-tau saya punya ide cemerlang. "Win, kita buka website airasia yuk, cari tiket Jakarta-Singapore yang murah." Wina setuju dan kami pilah pilih sampai ketemu sebuah tanggal. Dia surprise dan kebaca di kalimat-kalimat dalam boks chatting-an kalau dia bahagia. Ciiiyeeeeh...
"Emang kamu bisa cuti? Emang kerjaan bisa ditinggal?" tanyanya berkali-kali, untuk memastikan. "Bisa Win, buktinya saat ini form cuti yang sudah ditandatangani bos ada di tangan aku nih." Assssiiiikkk...

Wednesday, 11 November 2009

Kumpulan Perasaan

Oh God. Ya Allah...
Terima kasih atas gejolak perasaan yang Kau berikan. Naik turun naik turun betapa indahnya.

Waktu saya putus sama seseorang dengan initial J Juli lalu, yang hubungannya sudah berjalan 3 tahun, betapa tegarnya aku. Terima kasih Tuhan.
Waktu saya menghabiskan waktu bersama teman-teman yang straight, betapa riang gembiranya aku. Thank God.
Waktu saya naksir Adik habis-habisan tapi berhasil keep it as a secret feeling, betapa kuat imanku. Alhamdulilah.
Waktu dan kondisi-kondisinya yang membuat aku bertanya-tanya, am I become a straight person now? Kala itu saya nggak punya rasa tertarik sama perempuan manapun. Di kantor banyak perempuan, nggak ada yang mampu bikin saya ingin mendekati. Di komunitas ex girls only high school juga nggak ada. Bahkan di corps, dengan hubungan sisterhood yang kental, it is really sisterhood, no love.
Lalu di komunitas blogger pilihan, perempuan semua juga yang terpilih. Si A, si B, si C datang kemudian pergi, no heart feeling. Sampai 3 hari yang lalu, datang D. Biasa aja sebenarnya, chatting all day and night, ada telpon-telponan juga, biasa aja kok. Flirting sana sini juga biasa kan? Dan cuma 3 hari....masyaallah apa sih artinya 3 hari? Padahal dari awal saya sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Tapi hari ini, hari kami mengambil keputusan untuk...we have to stop this. Oh God...nyebut lagi, memang harusnya terus-terusan menyebut kebesaranNya. Suddently I am a lesbian again...hahaha (ketawa kecut).... oh iya kayak gini ya rasanya jatuh cinta permulaan. Ada tambahan "permulaan" karena saya tahu kok selanjutnya belum tentu rasanya seperti yang permulaan ini.
Rupanya kumpulan perasaan saya sejak putus sama J dst tumplek blek di sini. Yang waktu itu tegar, melorot di sini, yang waktu itu riang gembira, jadi sedih di sini, yang waktu itu imanku kuat, menjadi lemah di sini.
To someone i called D (kamu pasti tau kalau itu kamu), ini bukan salah kamu, saya menjadi begini karena kumpulan perasaan yang saya tahan-tahan sekian lama. But I will be ok :)

Friday, 30 October 2009

Breakfast Club

Secara tidak disadari, waktu luang saya belakangan ini justru terdapat pada pagi hari. Saya yang masuk kantor tidak perlu jam 8 tapi kondisinya harus pulang malam, menyebabkan hampir tidak mungkin lunch atau dinner sama teman-teman. Kebetulan beberapa teman juga punya rutinitas yang sama, plus seorang teman yang nganggur-nganggur setelah antar anaknya sekolah, yang sejak beberapa bulan lalu kan pemerintah menetapkan jam masuk sekolah, pukul 6.30. Jadilah kami berjumpa di pagi hari untuk sarapan bersama.

Tempatnya berpindah-pindah, yang diincer tempat yang cozy dan tentu saja, jam 7 udah buka. Sebuah tempat makan fastfood atau kasarnya junkfood yang buka 24 jam beberapa kali jadi ajang ketawa-ketawa nggak penting ini. Pernah juga sebuah resto keren tempat kumpul ibu-ibu sosialite jadi tempat kami berkumpul.

Sedangkan waktunya, sampai yang terakhir sih masih tak tentu. Biasanya setelah sms-an atau bbm-an timbul keinginan ini. Secara mendadak pesan berantai, berkumpullah ber 2, 3 atau 4 orang. Tapi waktu breakfast tadi pagi, salah satu di antara kami yang terpesona dengan acara breakfast ini mengusulkan agar ajang ini dilakukan secara rutin. Misalnya, 2 minggu sekali.

Aaaah, akankah acara ini menjadi semacam breakfast club-nya ibu-ibu sosialite itu? Rasanya sih nggak ya, nggak perlu khawatirlah, kegiatan boleh mirip, tempatnya pun gabung sama club jenis itu, tapi yang dibicarakan masih kok tentang becandaan-becandaan a la srimulat yang penting hanya untuk kami melepaskan sesak sejenak. Datangnya pun saya tetap naek motor kok.... hehehe santaiiiii....

Thursday, 29 October 2009

Haunted by A Song

Pernahkan Anda secara tidak sadar menyanyikan sebuah lagu terus menerus berulang-ulang seharian? Bahkan mungkin selama berhari-hari? Saya sering. Saat ini sebuah lagu itu terngiang-ngiang terus di telinga. Seharian kemarin saya bersenandung lagu tersebut, malah kadang-kadang nyanyinya bunyi, dengan lirik. Walaupun pas saya cek di internet ternyata liriknya bukan seperti yang selama ini saya nyanyikan. hahahha... tapi udah susah merevisinya..."tifa jawa", bukan "sifa java"...halah ketauan deh lagu apa.

Hela Rotane, lagu daerah maluku itu merupakan salah satu lagu yang bakal dimainkan teman-teman di korps Marching Band. Rabu malam liat latihannya dan mendengar dimainkan berkali-kali, terutama melodinya dari terompet dan low brass. Seperti dinyanyikan dengan suara satu dan suara dua.

Nah sepanjang hari kemarin dan setengah hari ini, I am haunted by a song named Hela Rotane....

Monday, 26 October 2009

Field Commander

Setahun belakangan ini saya terlibat di kegiatan sebuah unit korps marching band. Berbeda dengan unit marching band pada umumnya dengan pemain masih belia kinyis-kinyis, unit yang ini terdiri dari pemain beragam angkatan. Ada yang sudah ibu-ibu, ada juga yang masih mahasiswa, tapi nggak kinyis-kinyis amat. Di unit yang pemainnya semua wanita ini, saya lebih banyak ikutan ngurus ini itu, motret dan kongkow-kongkownya. Tujuannya lebih kepada persahabatan, sisterhood dan yaaaah you know lah, agak-agak cuci mata. hehehe.

Sosok paling membersihkan mata, tentu saja field commander. Dialah komandannya seluruh pemain ketika sedang beraksi di lapangan atau tempat pertunjukan. Asyiknya menikmati field commander adalah kemampuannya menumbuhkan semangat para pemain, menjadi pemimpin serta menjaga tempo lagu yang dimainkan, yang semuanya diwujudkan dengan gerakan sedemikian rupa semacam perpaduan antara gemulai dan tegas. Kereeeen banget. Pada saat pertunjukan pun dibalut busana field yang anggun, menyolok, aaaahhh kereeeen.

Posisi field memang khas, antara diperebutkan dan ditolak-tolak. Syarat tinggi dan good looking adalah mutlak. Dalam satu unit, anggota yang tinggi dan good looking tentunya ada beberapa. Ditambah yang tahu tempo lagu, beberapa jadi berkurang sedikit. Lalu ditambah lagi dengan yang mau dan tidak mau, beberapa jadi bisa cuma satu, atau musti dibujuk-bujuk dulu baru si anggota qualified ini mau jadi FC. Seperti adikku ini. Mati-matian dia menolak jadi field. Aaaah kok adik lagi sih ceritanya ya? hahaha.

Kemarin setelah kami main squash, pelatih kami memandu kami untuk melakukan stretching. Komentarnya terhadap adik, "badannya sudah lentur ya, ikut balet ya?" Cepat-cepat aku nyaut, "bukan Pak, dia field commander." "Ah, kaaaak....," sanggahnya malu-malu. Pipinya memerah beneran....hahaha.