Setahun belakangan ini saya terlibat di kegiatan sebuah unit korps marching band. Berbeda dengan unit marching band pada umumnya dengan pemain masih belia kinyis-kinyis, unit yang ini terdiri dari pemain beragam angkatan. Ada yang sudah ibu-ibu, ada juga yang masih mahasiswa, tapi nggak kinyis-kinyis amat. Di unit yang pemainnya semua wanita ini, saya lebih banyak ikutan ngurus ini itu, motret dan kongkow-kongkownya. Tujuannya lebih kepada persahabatan, sisterhood dan yaaaah you know lah, agak-agak cuci mata. hehehe.
Sosok paling membersihkan mata, tentu saja field commander. Dialah komandannya seluruh pemain ketika sedang beraksi di lapangan atau tempat pertunjukan. Asyiknya menikmati field commander adalah kemampuannya menumbuhkan semangat para pemain, menjadi pemimpin serta menjaga tempo lagu yang dimainkan, yang semuanya diwujudkan dengan gerakan sedemikian rupa semacam perpaduan antara gemulai dan tegas. Kereeeen banget. Pada saat pertunjukan pun dibalut busana field yang anggun, menyolok, aaaahhh kereeeen.
Posisi field memang khas, antara diperebutkan dan ditolak-tolak. Syarat tinggi dan good looking adalah mutlak. Dalam satu unit, anggota yang tinggi dan good looking tentunya ada beberapa. Ditambah yang tahu tempo lagu, beberapa jadi berkurang sedikit. Lalu ditambah lagi dengan yang mau dan tidak mau, beberapa jadi bisa cuma satu, atau musti dibujuk-bujuk dulu baru si anggota qualified ini mau jadi FC. Seperti adikku ini. Mati-matian dia menolak jadi field. Aaaah kok adik lagi sih ceritanya ya? hahaha.
Kemarin setelah kami main squash, pelatih kami memandu kami untuk melakukan stretching. Komentarnya terhadap adik, "badannya sudah lentur ya, ikut balet ya?" Cepat-cepat aku nyaut, "bukan Pak, dia field commander." "Ah, kaaaak....," sanggahnya malu-malu. Pipinya memerah beneran....hahaha.
Monday, 26 October 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment