Secara tidak disadari, waktu luang saya belakangan ini justru terdapat pada pagi hari. Saya yang masuk kantor tidak perlu jam 8 tapi kondisinya harus pulang malam, menyebabkan hampir tidak mungkin lunch atau dinner sama teman-teman. Kebetulan beberapa teman juga punya rutinitas yang sama, plus seorang teman yang nganggur-nganggur setelah antar anaknya sekolah, yang sejak beberapa bulan lalu kan pemerintah menetapkan jam masuk sekolah, pukul 6.30. Jadilah kami berjumpa di pagi hari untuk sarapan bersama.
Tempatnya berpindah-pindah, yang diincer tempat yang cozy dan tentu saja, jam 7 udah buka. Sebuah tempat makan fastfood atau kasarnya junkfood yang buka 24 jam beberapa kali jadi ajang ketawa-ketawa nggak penting ini. Pernah juga sebuah resto keren tempat kumpul ibu-ibu sosialite jadi tempat kami berkumpul.
Sedangkan waktunya, sampai yang terakhir sih masih tak tentu. Biasanya setelah sms-an atau bbm-an timbul keinginan ini. Secara mendadak pesan berantai, berkumpullah ber 2, 3 atau 4 orang. Tapi waktu breakfast tadi pagi, salah satu di antara kami yang terpesona dengan acara breakfast ini mengusulkan agar ajang ini dilakukan secara rutin. Misalnya, 2 minggu sekali.
Aaaah, akankah acara ini menjadi semacam breakfast club-nya ibu-ibu sosialite itu? Rasanya sih nggak ya, nggak perlu khawatirlah, kegiatan boleh mirip, tempatnya pun gabung sama club jenis itu, tapi yang dibicarakan masih kok tentang becandaan-becandaan a la srimulat yang penting hanya untuk kami melepaskan sesak sejenak. Datangnya pun saya tetap naek motor kok.... hehehe santaiiiii....
Friday, 30 October 2009
Thursday, 29 October 2009
Haunted by A Song
Pernahkan Anda secara tidak sadar menyanyikan sebuah lagu terus menerus berulang-ulang seharian? Bahkan mungkin selama berhari-hari? Saya sering. Saat ini sebuah lagu itu terngiang-ngiang terus di telinga. Seharian kemarin saya bersenandung lagu tersebut, malah kadang-kadang nyanyinya bunyi, dengan lirik. Walaupun pas saya cek di internet ternyata liriknya bukan seperti yang selama ini saya nyanyikan. hahahha... tapi udah susah merevisinya..."tifa jawa", bukan "sifa java"...halah ketauan deh lagu apa.
Hela Rotane, lagu daerah maluku itu merupakan salah satu lagu yang bakal dimainkan teman-teman di korps Marching Band. Rabu malam liat latihannya dan mendengar dimainkan berkali-kali, terutama melodinya dari terompet dan low brass. Seperti dinyanyikan dengan suara satu dan suara dua.
Nah sepanjang hari kemarin dan setengah hari ini, I am haunted by a song named Hela Rotane....
Hela Rotane, lagu daerah maluku itu merupakan salah satu lagu yang bakal dimainkan teman-teman di korps Marching Band. Rabu malam liat latihannya dan mendengar dimainkan berkali-kali, terutama melodinya dari terompet dan low brass. Seperti dinyanyikan dengan suara satu dan suara dua.
Nah sepanjang hari kemarin dan setengah hari ini, I am haunted by a song named Hela Rotane....
Monday, 26 October 2009
Field Commander
Setahun belakangan ini saya terlibat di kegiatan sebuah unit korps marching band. Berbeda dengan unit marching band pada umumnya dengan pemain masih belia kinyis-kinyis, unit yang ini terdiri dari pemain beragam angkatan. Ada yang sudah ibu-ibu, ada juga yang masih mahasiswa, tapi nggak kinyis-kinyis amat. Di unit yang pemainnya semua wanita ini, saya lebih banyak ikutan ngurus ini itu, motret dan kongkow-kongkownya. Tujuannya lebih kepada persahabatan, sisterhood dan yaaaah you know lah, agak-agak cuci mata. hehehe.
Sosok paling membersihkan mata, tentu saja field commander. Dialah komandannya seluruh pemain ketika sedang beraksi di lapangan atau tempat pertunjukan. Asyiknya menikmati field commander adalah kemampuannya menumbuhkan semangat para pemain, menjadi pemimpin serta menjaga tempo lagu yang dimainkan, yang semuanya diwujudkan dengan gerakan sedemikian rupa semacam perpaduan antara gemulai dan tegas. Kereeeen banget. Pada saat pertunjukan pun dibalut busana field yang anggun, menyolok, aaaahhh kereeeen.
Posisi field memang khas, antara diperebutkan dan ditolak-tolak. Syarat tinggi dan good looking adalah mutlak. Dalam satu unit, anggota yang tinggi dan good looking tentunya ada beberapa. Ditambah yang tahu tempo lagu, beberapa jadi berkurang sedikit. Lalu ditambah lagi dengan yang mau dan tidak mau, beberapa jadi bisa cuma satu, atau musti dibujuk-bujuk dulu baru si anggota qualified ini mau jadi FC. Seperti adikku ini. Mati-matian dia menolak jadi field. Aaaah kok adik lagi sih ceritanya ya? hahaha.
Kemarin setelah kami main squash, pelatih kami memandu kami untuk melakukan stretching. Komentarnya terhadap adik, "badannya sudah lentur ya, ikut balet ya?" Cepat-cepat aku nyaut, "bukan Pak, dia field commander." "Ah, kaaaak....," sanggahnya malu-malu. Pipinya memerah beneran....hahaha.
Sosok paling membersihkan mata, tentu saja field commander. Dialah komandannya seluruh pemain ketika sedang beraksi di lapangan atau tempat pertunjukan. Asyiknya menikmati field commander adalah kemampuannya menumbuhkan semangat para pemain, menjadi pemimpin serta menjaga tempo lagu yang dimainkan, yang semuanya diwujudkan dengan gerakan sedemikian rupa semacam perpaduan antara gemulai dan tegas. Kereeeen banget. Pada saat pertunjukan pun dibalut busana field yang anggun, menyolok, aaaahhh kereeeen.
Posisi field memang khas, antara diperebutkan dan ditolak-tolak. Syarat tinggi dan good looking adalah mutlak. Dalam satu unit, anggota yang tinggi dan good looking tentunya ada beberapa. Ditambah yang tahu tempo lagu, beberapa jadi berkurang sedikit. Lalu ditambah lagi dengan yang mau dan tidak mau, beberapa jadi bisa cuma satu, atau musti dibujuk-bujuk dulu baru si anggota qualified ini mau jadi FC. Seperti adikku ini. Mati-matian dia menolak jadi field. Aaaah kok adik lagi sih ceritanya ya? hahaha.
Kemarin setelah kami main squash, pelatih kami memandu kami untuk melakukan stretching. Komentarnya terhadap adik, "badannya sudah lentur ya, ikut balet ya?" Cepat-cepat aku nyaut, "bukan Pak, dia field commander." "Ah, kaaaak....," sanggahnya malu-malu. Pipinya memerah beneran....hahaha.
Saturday, 24 October 2009
The Power of Motorcycle
Pertama, pengumuman dulu, kemarin meet and greet Arinie, my favourite blogger. Senaanggg sekaliiiii....
Nah ini barulah sebuah kisah yang emang pengen saya tulis dari kemarin.
Dalam perjalan ke kantor pada suatu hari yang cerah, seorang pengemudi mobil membentak saya. Ah sial!
Peristiwanya gini, saya memang nyelip di antara barisan mobil yang berhenti atau berjalan pelan karena sedang antri macet. Saya melaju lancar, muat dan nggak nyenggol. Mobil deretan kiri depan saya tiba2 menjalankan mobilnya, dibelokkan agak ke kanan. Secara refleks saya mengklakson, maksudnya juga sapa tau dia nurut, tidak jadi serong kanan sehingga jalan saya tidak terhalang. Eh dia refleks juga ternyata, mobil di kekirikan. Horeeee... saya pun bisa melaju lagi. Pas melewati jendela mobil si serong itu, pengemudinya membentak "heh! nyelip-nyelip!" Saya kaget juga. Seorang pengendara motor yang tertib seperti saya kok ya dibentak. Refleks lagi saya liatin dia. Eh dia bentak lagi yang kedua kalinya "apa liat liat," gitu masa'. Saya diem aja, berlalu dengan damai. Dalam hati ngomong "yeeeeey saya dong duluan". Omongan dalam hati lainnya "saya kan cuma nglakson, siapa suruh nurut" hihi.
Gini ya, naek motor itu memang tidak terlindung dari panas dan hujan, tapi ukurannya yg kecil, memungkinkannya nyelip di celah antara kendaraan, menjadikannya unggul dibandingkan mobil. Saya ngerti, pengemudi mobil itu takut kesenggol motor yang suka nyelip2. Emang sih suka ada pengemudi motor yang sradak sruduk dan hobi nyenggol, tapi nggak semua gitu, saya tidak. Lalu mungkin ada unsur iri, kok motor nggak ikutan tersiksa kemacetan? Hahahaha *tertawa menang* kalau muat dan nggak nyenggol, relain aja motor melaju duluan. :) :) :D
Nah ini barulah sebuah kisah yang emang pengen saya tulis dari kemarin.
Dalam perjalan ke kantor pada suatu hari yang cerah, seorang pengemudi mobil membentak saya. Ah sial!
Peristiwanya gini, saya memang nyelip di antara barisan mobil yang berhenti atau berjalan pelan karena sedang antri macet. Saya melaju lancar, muat dan nggak nyenggol. Mobil deretan kiri depan saya tiba2 menjalankan mobilnya, dibelokkan agak ke kanan. Secara refleks saya mengklakson, maksudnya juga sapa tau dia nurut, tidak jadi serong kanan sehingga jalan saya tidak terhalang. Eh dia refleks juga ternyata, mobil di kekirikan. Horeeee... saya pun bisa melaju lagi. Pas melewati jendela mobil si serong itu, pengemudinya membentak "heh! nyelip-nyelip!" Saya kaget juga. Seorang pengendara motor yang tertib seperti saya kok ya dibentak. Refleks lagi saya liatin dia. Eh dia bentak lagi yang kedua kalinya "apa liat liat," gitu masa'. Saya diem aja, berlalu dengan damai. Dalam hati ngomong "yeeeeey saya dong duluan". Omongan dalam hati lainnya "saya kan cuma nglakson, siapa suruh nurut" hihi.
Gini ya, naek motor itu memang tidak terlindung dari panas dan hujan, tapi ukurannya yg kecil, memungkinkannya nyelip di celah antara kendaraan, menjadikannya unggul dibandingkan mobil. Saya ngerti, pengemudi mobil itu takut kesenggol motor yang suka nyelip2. Emang sih suka ada pengemudi motor yang sradak sruduk dan hobi nyenggol, tapi nggak semua gitu, saya tidak. Lalu mungkin ada unsur iri, kok motor nggak ikutan tersiksa kemacetan? Hahahaha *tertawa menang* kalau muat dan nggak nyenggol, relain aja motor melaju duluan. :) :) :D
Friday, 23 October 2009
Being Single
Halo...halo....(irama lagu Wong Pitoe)
Mulai sekarang saya mau cerita apa aja di blog ini, bukan cuma persoalan gagap saya saja. From now, ini akan menjadi the global blog. Hehehe thanks to Arinie for the inspiration.
Tapi tetep harus cari topik ya? Oke topiknya: "being single"
Sejak putus beberapa bulan lalu, saya terjangkit sindrom enaknya jadi single. Tiba-tiba temen saya banyak, saya jadi hampir selalu bisa diajak2 sehingga waktu yang 24 jam sehari, 7 hari seminggu itu malah terasa kurang. Satu lagi yang cukup membahagiakan adalah, jadi banyak duit..hihihi. Membahagiakan karena sementara ini saya jadi punya uang untuk menyenangkan diri saya. Biarlah begini dulu, nantinya saya tau kok, harus berhemat dan menabung untuk keperluan lain yang lebih besar dan untuk hari tua. ya kan?
Bila saat menabung dan berhemat tiba rasanya aku tetap ingin sendiri. Hihihi pelit ya? kayak nggak mau berbagi. Biarlah begini dulu, biarlah aku menikmati jerih payahku buat diri sendiri dulu. Saya juga tau kok nggak semua pacar itu perempuan matre yang ngabis2in duit kita, bisa aja kita dan pacar kita itu saling bahu membahu menghasilkan tabungan yang banyak untuk hari tua bersama, tapi....saya masih trauma. Ciaelah gaya banget pake trauma.
Selain soal matre, saya happy banget sekarang ini lebih karena punya waktu lain untuk berasyik2 daripada ngurusin pacar atau ngurusin cari pacar, ngurusin minta dikenalin, menyelami hati orang. Apalagi kalau kita belok kan, ada unsur ngecek dia belok juga apa enggak....aaaahhhhh, nggak dulu deh. Saya seneng juga masuk ke dunia hetero, ngumpul bersama teman2, dengerin mereka berkisah tentang anak, suami, mertua....waaaa enak juga kok, seperti agak keluar lingkaran. Sik asiiiik!
Mulai sekarang saya mau cerita apa aja di blog ini, bukan cuma persoalan gagap saya saja. From now, ini akan menjadi the global blog. Hehehe thanks to Arinie for the inspiration.
Tapi tetep harus cari topik ya? Oke topiknya: "being single"
Sejak putus beberapa bulan lalu, saya terjangkit sindrom enaknya jadi single. Tiba-tiba temen saya banyak, saya jadi hampir selalu bisa diajak2 sehingga waktu yang 24 jam sehari, 7 hari seminggu itu malah terasa kurang. Satu lagi yang cukup membahagiakan adalah, jadi banyak duit..hihihi. Membahagiakan karena sementara ini saya jadi punya uang untuk menyenangkan diri saya. Biarlah begini dulu, nantinya saya tau kok, harus berhemat dan menabung untuk keperluan lain yang lebih besar dan untuk hari tua. ya kan?
Bila saat menabung dan berhemat tiba rasanya aku tetap ingin sendiri. Hihihi pelit ya? kayak nggak mau berbagi. Biarlah begini dulu, biarlah aku menikmati jerih payahku buat diri sendiri dulu. Saya juga tau kok nggak semua pacar itu perempuan matre yang ngabis2in duit kita, bisa aja kita dan pacar kita itu saling bahu membahu menghasilkan tabungan yang banyak untuk hari tua bersama, tapi....saya masih trauma. Ciaelah gaya banget pake trauma.
Selain soal matre, saya happy banget sekarang ini lebih karena punya waktu lain untuk berasyik2 daripada ngurusin pacar atau ngurusin cari pacar, ngurusin minta dikenalin, menyelami hati orang. Apalagi kalau kita belok kan, ada unsur ngecek dia belok juga apa enggak....aaaahhhhh, nggak dulu deh. Saya seneng juga masuk ke dunia hetero, ngumpul bersama teman2, dengerin mereka berkisah tentang anak, suami, mertua....waaaa enak juga kok, seperti agak keluar lingkaran. Sik asiiiik!
Subscribe to:
Posts (Atom)